by

Kisah Klasik Budaya Wayang Indonesia

SUARA JABAR SATU.COM | BANDUNG, DISDIK JABAR – Setelah kematian Arimba, tak ada lagi yang lebih layak menjadi Raja di Negeri Pringgandani selain Dewi Arimbi, adik pertama Arimba. Namun, layaknya perebutan kekuasaan di belahan dunia manapun, selalu ada gesekan dan upaya mengudeta kekuasaan. Brajamusti, adik kandung Dewi Arimbi menjadi sesosok pemberontak tersebut.

Singkat cerita, perselisihan pun memanas. Perang tak dapat dihindari antara pasukan Brajamusti dan Dewi Arimbi yang dipimpin anaknya, Gatot Kaca. Sayangnya, Gatot Kaca yang saat itu masih belia, takluk di tangan pamannya sendiri.

Terpukul atas kematiannya anaknya, membuat Dewi Arimbi naik pitam. Sekuat tenaga ia melawan adik kandungnya sendiri di medan perang. Semua senjata telah digunakan, namun tetap tak mempan mengalahkan Brajamusti.

Seolah mendapat ilham dari langit, Dewi Arimbi mengambil ari-ari anaknya yang sudah tak bernyawa. Ia pun melemparnya ke tubuh Brajamusti. Tak disangka, Brajamusti tumbang seketika. Dewi Arimbi pun menang. Pemberontakan selesai dengan kekalahan.

Narasi tersebut diperankan siswa SMAN 7 Bandung melalui pementasan wayang orang yang digelar di Universitas Maranatha, beberapa waktu lalu. Dalam acara bertajuk “Wayang For Student 2019”, SMAN 7 Bandung menampilkan pertunjukan “Brajamusti Gugat”. Selain SMAN 7 Bandung, ada tiga sekolah lain yang juga tampil dalam acara tahunan tersebut, yakni SMAN 1 Bandung, SMA BPI 2, dan SMK Pelita.

Salah seorang siswa, Gatot Firdaus mengaku senang bisa berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Gatot yang memerankan Brajamusti itu mengatakan, kegiatan tersebut memang dibutuhkan siswa masa kini sebagai upaya mengenalkan budaya wayang terhadap siswa. “Biar ada minat dan bakat di bidang perwayangan, acara seperti ini memang harus terus digalakkan,” ungkapnya.

Ia mengaku, pentas wayang orang sangat berbeda dengan dunia teater yang ia geluti. “Perwayangan itu lebih tradisonal. Dari bajunya juga kan udah beda, sedangkan teater lebih modern. Awalnya memang deg-degan dan sempet ada kesalahan kecil. Tapi, hasilnya Alhamdulillah tetap memuaskan,” ucapnya.

Hari Wayang

Dimulai sejak 2018, tanggal 7 November diperingati sebagai Hari Wayang Nasional. Dilansir dari liputan6.com, dipilihnya 7 November berdasarkan penetapan wayang kulit sebagai warisan nasional oleh UNESCO pada 7 November 2003. Tepatnya, organisasi internasional tersebut telah mengakui pertunjukan wayang kulit sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.

Wayang adalah salah satu warisan budaya masa lampau Indonesia. Wayang merupakan karya seni budaya yang menonjol di antara banyak karya budaya lainnya, meliputi seni peran, suara, musik, tutur, sastra, lukis, pahat, dan seni perlambang.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed