by

MENAKAR PROBABILITAS CALEG DPR RI ASAL TTS MENUJU SENAYAN

Omega DR Tahun (Dosen STIKES Abdi Nusantara Jakarta)

TTS – SUARAJABARSATU.COM | Menjelang pemilu legislatif sekaligus pemilu presiden tanggal 17 April 2019 banyak baliho, spanduk,stiker,kalender, kartu nama para caleg mulai menghiasi ruang publik bahkan hingga ke ruang privasi. Para caleg berlomba – lomba meraih simpati para pemilih dengan berbagai cara dan gaya.

Tipu daya mulai dimainkan, ada sosok yang tiba-tiba sok kenal sok dekat, berperilaku bak malaikat, bertindak darmawan, rajin bersilaturahmi atau mungkin saja rajin menebar senyuman, sudah dapat dipastikan bahwa dia adalah “caleg”. Berbagai aksi digunakan para caleg untuk meraup suara, berbagai jualan mulai didagangkan, ada yang menjual jabatan masa lalu, asal kampung, marga/fam/klan, suku, nama besar keluarga, kebesaran partai, foto penguasa dan ada pula hanya mampu menjual senyuman manis.

Euforia pileg tidak hanya dirasakan oleh para caleg, masyarakat awam sebagai pemilih pun ikut merasakan situasi tersebut. Salah satu wilayah yang sangat merasakan semangat pileg kali ini adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), alasannya karena setelah sekian lama tidak memiliki keterwakilan legislatif di Senayan, akhirnya ada 7 nama Caleg asal Kabupaten TTS yang siap berkompetisi memperebutkan kursi di DPR RI dari Dapil 2 NTT. Kabupaten TTS sebagai wilayah terluas dengan pemilih terbanyak di NTT tentunya memiliki harapan besar agar mempunyai keterwakilan di Senayan.

Omega DR Tahun* (Dosen STIKES Abdi Nusantara Jakarta)

Melalui tulisan ini, penulis mencoba menakar probabilitas ketujuh caleg asal Kabupaten TTS memperebutkan kursi di Senayan (berbasis data lembaga survey dan pengamatan pribadi) :

1. Ayub Tasoin (Partai Solidaritas Indonesia)
Lulusan Universitas Nasional Jakarta ini merupakan pribadi yang bersahaja dan tenang, secara kualitas AT tidak dapat diragukan lagi karena pengalamannya bekerja sebagai profesional di Jakarta. Ada beberapa pertimbangan AT menuju Senayan : pertama, peluang PSI lolos ambang batas PT 4 % masih minim. Dari beberapa survey menunjukan bahwa PSI mempunyai peluang kecil lolos PT nasional. Kemungkinan besar hal ini yang akan menjadi kendala AT menuju Senayan. Namun, militansi kader – kader PSI dalam bekerja patut dipertimbangkan, PSI seringkali memperjuangkan isu-isu populer yang mungkin saja akan mendongkrak pencapaian nilai ambang batas. Pertimbangan kedua : AT berasal dari wilayah Molo yang memiliki peluang besar terpecah suara di Molo, karena total ada 4 kandidat asal wilayah ini, yaitu : Aleta Baun, Alfred Baun dan Paul Mela. Pertimbangan ketiga, rekam jejak AT dikenal bersih tanpa cacat sehingga baik di mata publik TTS. Keempat, kerja – kerja nyata AT di TTS (pengembangan pertanian strawberi di Mollo) menjadi nilai tambah.

2. Jarmud AS Tahun (Partai Keadilan Sejahtera)
Lulusan Teknik Geologi dari STT Nasional Yogyakarta ini merupakan pribadi yang luwes sarat pengalaman organisasi sejak mahasiswa hingga hari ini. Aktif sebagai aktivis mahasiswa, aktivis gereja dan pengusaha yang sering ke luar negeri tentunya akan membentuk karakternya ramah dan dinamis.

Terdapat beberapa pertimbangan peluang JT lolos sebagai anggota DPR RI : pertama, secara nasional PKS memiliki peluang lolos ambang batas PT 4 %, walaupun di propinsi NTT, PKS kurang populer namun di tingkat nasional cukup populer. Basis pemilih PKS ada di Jawa Barat, DKI Jakarta, daratan Jawa dan Sumatra Utara yang merupakan pemilih terbesar di Indoensia. Selain itu, pemilih PKS merupakan pemilih militan yang sulit berpindah partai sehingga hasil Pileg 2014 dapat dijadikan sebagai barometer, hal ini sudah teruji di Pilkada DKI dan Jawa barat.

Kedua, JT berasal dari wilayah Amanatun yang secara egosentris tidak memiliki saingan di Amanatun, karena JT satu-satunya Caleg asal Amanatun. Ketiga, efek pilkada TTS (efek domino) tentunya akan berkontribusi karena pengaruh marga/fam. Keempat, ada 4 kursi DPRD TTS yang berhasil diraih oleh PKS sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat TTS telah terbuka pada PKS. Kelima, dari keenam Caleg DPR RI asal NTT 2 hanya JT yang merupakan orang asli NTT yang beragam kristen.

3. Aleta Baun (Partai Kebangkitan Bangsa)
Dari ketujuh caleg DPR RI asal Kabupaten TTS hanya Aleta Baun satu-satunya caleg perempuan. Secara kualitas, Aleta sudah tidak dapat diragukan lagi, sebagai aktivis lingkungan, sosok ini tidak hanya dikenal di dalam negeri tapi hingga ke mancanegara. Upaya – upaya penyelamatan lingkungan yang selama ini diperjuangkan Aleta di wilayah Molo telah membesarkan namannya dan membawanya menjadi Anggota DPRD di tingkat propinsi.

Beberapa pertimbangan peluang lolos Aleta menuju Senayan : pertama, PKB sudah dipastikan lolos PT 4%, beberapa hasil survey menunjukan bahwa PKB mampu melewati PT 4 %. Kedua, Aleta masih menjadi anggota DPRD propinsi. Ketiga, publik TTS sudah terbuka terhadap PKB, buktinya ada satu fraksi DPRD TTS yang berasal dari PKB. Selain keunggulan Aleta, ada beberapa hambatan yang perlu diperhatikan : pertama, persaingan Caleg di internal PKB memperebutkan kursi DPR RI, ada 7 caleg lain asal PKB yang juga secara elektabilitas patut diperhatikan. Kedua, suara wilayah Molo pastinya akan terbagi karena ada 4 calon asal Molo, bahkan di lingkungan keluarga Baun akan terpecah dengan Alfred Baun.

4. Alfred Baun (Partai Amanat Nasional)
Sosok ini dikenal masyarakat karena sepak terjangnya sebagai aktivis. AB merupakan pribadi yang luwes karena aktivitasnya yang sering membantu masyarakat dalam hal advokasi. Ada beberapa pertimbangan AB menuju Senayan : pertama, hasil survey beberapa lembaga PAN sulit lolos PT 4%. Kedua, AB harus bersaing dengan Ayub, Aleta dan Paul Mela meraup suara di Molo. Ketiga, suara keluarga Baun akan terpecah dengan Aleta.
5. Paul Mela (Partai Golkar)
Latar belakang sebagai mantan Bupati TTS harusnya bisa menjadi kekuatan dan peluang merebut kursi di Senayan. Namun, ada beberapa hambatan : pertama, PM minim prestasi selama menjabat sebagai Bupati TTS 2 periode, PM hanya mewariskan hutang dan citra buruk bagi TTS. Kedua, partai Golkar berpeluang besar lolos PT 4%, namun kemungkinan PM akan kalah bersaing di internal Golkar, ada Ayub Titu Eki, Melki Laka Lena dan incumbent Yulianus Pote Leba. Ketiga, suara Molo terbagi untuk 4 caleg asal Molo.

6. Beni Litelnoni (Partai Demokrat)
Pengalaman sebagai mantan wakil bupati TTS dan mantan wakil gubernur NTT, harusnya menjadi kekuatan dan peluang. Namun prestasi dan karya yang minim selama menjabat akan menjadi hambatan menuju Senayan. Pertimbangannya : pertama, partai demokrat sudah dipastikan lolos PT 4%, namun persaingan internal melawan incumbent Anita Gah. Kedua, caleg asal Amanuban yang merupakan pemilih terbesar akan terbagi suaranya dengan Nubatonis. Ketiga, perolehan suara BL yang rendah di TTS saat Pilgub 2018 bisa menjadi barometer.

7. Jonathan Nubatonis (Partai Perindo)
Pernah terpilih dan menjabat sebagai anggota DPD RI, JN mempunyai kekuatan dan peluang besar mendapatkan kursi di Senayan. Namun, ada beberapa pertimbangan JN menuju Senayan : pertama, Perindo sulit mencapai PT 4% (hasil survey berbagai lembaga). Kedua, suara keluarga Amanuban terbagi untuk Litelnoni dan Istrinya yang juga maju sebagai Caleg dari partai yang sama. Ketiga, rekam jejak masa lalu JN ketika masih menjabat sebagai anggota DPD RI.

Di akhir kata, penulis ingin menyimpulkan bahwa probabilitas dari ketujuh caleg DPR RI asal Kabupaten TTS yang paling mungkin berpeluang menuju Senayan adalah : Aleta Baun, Jarmud Tahun dan Ayub Tasoin. Ketiga nama ini tidak memiliki masa lalu kelam dan mereka termasuk figur muda progresif yang juga secara kepartaian memiliki peluang lolos (Cat: jika kader PSI bekerja progresif dan masif). Memang mustahil, ketiga figur muda ini dapat dapat lolos serentak, mungkin saja dapat diperjuangkan 2 figur yang layak.

Dengan demikian, publik TTS perlu mendapat pencerahan agar suara masyarakatnya tidak sia-sia terbuang karena memilih caleg yang salah (baca : PT 4 % dan rekam jejak). Jika ingin mengangkat martabat TTS, publik TTS perlu berpikir realistis dan berani menentukan. Masyarakat TTS harus memiliki political will agar selektif menentukan dan memilih perwakilannya di Senayan. Sudah saatnya suara orang TTS untuk orang TTS dan sudah saatnya orang TTS tidak hanya menjadi objek, namun harus menjadi subjek untuk politik itu sendiri.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed