by

PROGRAM SOSIALISASI PENYADARAN DAN KEPEDULIAN DALAM PENGELOLAAN DAS CILIWUNG TERPADU BERKELANJUTAN

-Nasional-2,913 views

Depok, Suarajabarsatu.Com – Sosialisasi Rencana Pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai) Ciliwung Terpadu yang dilakukan di wilayah administrasi Pemerintahan Kabupaten/Kota Bogor, Kota Depok, Provinsi DKI Jakarta dan Kabupaten Bekasi adalah melakukan pembinaan (sosialisasi) di daerah sumber-sumber air secara langsung kepada masyarakat luas. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan pengertian dan kesadaran akan pentingnya potensi sumberdaya air bagi kepentingan mahluk hidup baik manusia maupun lainnya di sekitar dan di dalam lingkup DAS Ciliwung.

Sehubungan dengan hal tersebut diadakan pertemuan bersama Forum DAS Ciliwung pada hari Rabu, tanggal 16 Mei 2018 di Wisma Makara Universitas Indonesia, yang menghadirkan berbagai narasumber serperti Pakar Lingkungan Hidup Prof. Tarsoen Waryono, Direktorat PEPDAS , Mahasiswa UI dan berbagai Komunitas DAS Ciliwung. Dalam pertemuan itu bebagai narasumber mengungkapkan kondisi dan permasalahan DAS Ciliwung terkini dan memberikan berbagai usulan yang berorientasi kepada solusi pengelolaan DAS Ciliwung secara terpadu.

Prof. Tarsoen Waryono mengungkapkan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem, di dalamnya terdiri atas kondisi fisik wilayah dan komponen biologi termasuk manusia. Komponen-komponen tersebut satu dengan yang lainnya saling berhubungan erat dengan membentuk keseimbangan alam dalam ekosistem DAS. Keseimbangan tersebut meliputi sistem alam (ekosistem), sistem kehidupan manusia (sosiosistem) dan hasil rekayasa manusia (teknosistem). Semakin terdesaknya ekosistem alam oleh sosiosistem dan teknosistem, menyebabkan timpang dan terdegradasinya alam, seperti yang terjadi di bantaran Ciliwung Segmen Depok-Condet.

Degradasi alam dicirikan oleh munculnya genangan (banjir) di daerah hilir, tanah longsor, lahan kritis dan tercemarnya perairan sungai. Hal tersebut lebih cenderung disebabkan oleh semakin meningkatnya kebutuhan hidup manusia akan papan, hingga menuntut peningkatan kebutuhan lahan. Selain dampak negatif terhadap mutu lingkungan hidup, juga sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas perairan. Pembangunan program pengelolaan DAS Ciliwung secara terpadu pada dasarnya telah diupayakan melalui kerjasama antara Balai Pengelolaan DAS  Ciliwung-Citarum (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), dengan Dirjen Pengairan (Kementerian Pekerjaan Umum), melalui program penyelamatan tanah dan air. Salah satu sasaran programnya adalah penelusuran status ekologis bantaran sungai Segmen Depok-Condet.

DAS Ciliwung dari Hulu, Tengah, Hilir melintasi wilayah Bogor, Depok, Bekasi dan DKI Jakarta.

Lebih lanjut Prof. Tarsoen Waryono memaparkan telaah status ekologis bantaran Ciliwung. Paling tidak ada 8 parameter yang dipergunakan untuk mengkaji status ekologis bantaran Ciliwung Segmen Depok-Condet. Kedelapan parameter tersebut meliputi: (1) lahan bantaran, (2) ukuran lebar bantaran, (3) potensi longsor, gerusan dan sedimentasi, (4) morfologi badan sungai, (5) persepsi masyarakat, (6) kondisi iklim mikro, (7) potensi-potensi jenis tutupan dan (8) jenis asli vegetasi riparian. Dari 8 parameter yang dipergunakan untuk mengkaji satus ekologi bantaran Ciliwung, Segmen Depok-Jakarta sepanjang 25 Km, status penutupan lahan bantarannya mulai terokupasi oleh penduduk. Tampaknya keberadaan tersebut perlu mendapatkan perhatian serius. Dari 25 Km lahan bantaran yang ditelusuri tercatat lebih dari 83% lahan tersebut telah dialihfungsikan statusnya dalam bentuk sertifikat tanah, hingga status kepemilikannya jelas telah dikuasai oleh masyarakat. Status ekologis bantaran sungai Segmen Depok-Condet sepanjang 25 Km dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan program pemulihan bantaran Ciliwung. Melalui restorasi ekologi bantaran sungai akan memulihkan peranan fungsi jasa bio-eko-hidrologis penyangga badan sungai. (TW/sjs).

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed