by

Proyek Kilang Minyak Tuban Dimulai

Sejumlah proyek kilang minyak Pertamina masih berjalan sesuai dengan target, meski kini diterpa pandemi Covid-19.

SUARAJABARSATU.COM | JAKARTA – Mimpi Indonesia memiliki kilang minyak segera terwujud. Rencana pembangunan kilang minyak dan petrokimia New Grass Root Refinery (NGRR) di Tuban, Jawa Timur semakin nyata setelah tuntas pembebasan lahan bagi kepentingan kilang tersebut.

Pengembangan kilang Tuban sendiri membutuhkan pembebasan lahan seluas 841 hektare (Ha). Proyek bernilai Rp211,9 triliun itu sebelumnya termasuk dalam daftar Rp708 triliun investasi yang mangkrak karena kendala pembebasan lahan.

Kilang Tuban merupakan proyek dari usaha patungan antara PT Pertamina (Persero) dan perusahaan migas asal Rusia, Rosneft. Pada 2017, kedua perusahaan membentuk PT Pertamina Rosneft dengan komposisi saham 55 persen (Pertamina) dan 45 persen (Rosneft).

Sebelumnya, pembangunan kilang minyak ini masuk dalam proyek infrastruktur prioritas sejak masa kabinet pertama Presiden Joko Widodo, baik dalam bentuk kilang baru (NGRR) maupun pengembangan kilang minyak yang ada (Refinery Development Master Project /RDMP). Namun berbagai kendala menghadang seperti pembebasan lahan, perizinan, hingga penyelesaian kontrak.

Cita-cita memiliki kilang baru sudah lama diusung Indonesia. Saat ini, Indonesia tercatat telah memiliki kilang di sejumlah daerah. Namun, sebagian sudah berusia tua, di atas 30 tahun.

Pertamina kini mengoperasikan enam kilang BBM dan tengah membangun proyek ekspansi kilang, baik RDMP maupun kilang baru (GRR). Proyek RDMP, antara lain, kilang Balikpapan, Dumai, Balongan, dan Cilacap, dan kilang baru di Tuban, serta proyek kilang hijau atau dikenal dengan nama biorefinery di kilang Plaju dan Cilacap.

Adapun total investasi untuk sejumlah proyek kilang tersebut mencapai USD48 miliar. Proyek ini ditujukan untuk menghasilkan produk BBM menjadi 1,5 juta bph dari 600.000 bph saat ini, lalu produk petrokimia menjadi 8,6 juta ton per tahun dari saat ini sekitar 1,66 juta ton per tahun. Adapun BBM yang dihasilkan memiliki standar Euro V dari saat ini masih standar Euro II.

Sebagai bagian rencana penguatan ketahanan energi nasional, pembangunan kilang minyak baru yang berlokasi di Tuban, Jawa Timur, kini telah menyelesaikan masalah pembebasan lahan. Tercatat, lahan yang dibebaskan telah selesai 100 persen seluas 380 hektare (ha) tanah warga. Pengadaan lahan untuk proyek GRR Tuban tersebut telah melalui seluruh mekanisme yang ditetapkan melalui Undang-Undang nomor 2 tahun 2012 mengenai Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Fasilitasi Investor

Pemerintah menyadari pentingnya infrastruktur kilang itu. Bahkan, dalam satu rapat terbatas, Presiden Joko Widodo telah memberikan arahan tegas agar memfasilitasi investor di sektor petrokimia untuk dapat diberikan insentif investasi tax holiday. “Ini menandakan keseriusan pemerintah untuk merealisasikan mimpi membangun kilang minyak sendiri.”

Pada awal 2020, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia pun turun langsung menangani pembebasan lahan proyek tersebut dengan menggandeng Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten Tuban, serta Pertamina. Kilang Tuban sendiri diperkirakan bakal memberi tambahan pasokan untuk kebutuhan BBM, LPG, dan Petrokimia berkualitas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dengan kapasitas sebesar 300,000 barel per hari, Kilang Tuban juga dapat memperkuat ketahanan, kemandirian dan kedaulatan energi nasional, sehingga tidak lagi tergantung dengan impor.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menetapkan proyek kilang minyak, baik kilang baru (Grass Root Refinery/ GRR) maupun ekspansi (Refinery Development Master Plan/ RDMP) sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) nomor 109 tahun 2020.

Bagaimana pembangunan dan dampaknya terhadap Covid-19, Pertamina telah berkomitmen proyek kilang minyak Pertamina kini masih berjalan sesuai dengan target meski kini diterpa pandemi Covid-19. Pertamina pun akan berusaha mempercepat penyelesaian proyek kilang tersebut.

Misalnya, kemajuan dari proyek kilang RDMP Balikpapan, termasuk di area Lawe-Lawe yang saat ini perkembangan pembangunan fisiknya telah mencapai 24,3% per 3 Desember 2020. Proyek RDMP Balikpapan fase 1 ini ditargetkan rampung pada 2023, sementara untuk fase 2 ditargetkan selesai pada 2025.

Menurut rencana, bila sudah rampung kilang Balikpapan akan mampu meningkatkan pengolahan minyak mentah dari sebelumnya 260.000 barel per hari (bph) menjadi 360.000 bph. Proyek kilang RDMP Balikpapan juga akan meningkatkan kualitas produk BBM menjadi berstandar Euro V. Adapun total BBM yang dihasilkan dari proyek RDMP Balikpapan ini akan meningkat menjadi 300.000 bph dari saat ini sekitar 150.000 bph, terdiri dari gasoline (bensin) dari 37.000 bph menjadi 142.000 bph dan produk diesel meningkat dari 115.000 bph menjadi 159.000 bph.

Tantangan pengelolaan kilang di tengah pandemi tak dipungkiri cukup sulit karenanya perlu diapresiasi. Pengelolaan energi nasional tidak bisa lagi asal-asalan. Pertamina harus bisa lebih efisien dalam operasional mereka sehingga ketahanan energi pun bisa terwujud.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed