by

JAKARTA AKAN TERTOLONG PASOKAN AIR DARI LEBAK

SUARAJABARSATU.COM | JAKARTA – Dari 65 yang direncanakan, sebanyak 31 unit bendungan akan rampung pada 2021. Waduk Sindang Heula diresmikan, Karian menyusul dan memasok air baku ke Jakarta.

Dengan luas genangan 110 hektare (1,1 km2) Bendungan Sindang Heula, 11 km di selatan Kota Serang, Banten, itu dapat menampung 9,3 juta m3 air. Waduk ini mampu mengaliri 1.290 hektare sawah di kecamatan sekaligus 800 liter/detik air baku ke instalasi air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk 60 ribu rumah tangga, dengan konsumsi rata-rata 1.000 liter/hari.

Peresmian waduk Sindang Heula itu menjadi salah satu agenda kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Provinsi Banten, Kamis (4/3/2021). “Alhamdulillah, pada hari ini, Bendungan Sindang Heula yang dibangun sejak 2015 sudah selesai dan kini siap difungsikan,” ujar Presiden Jokowi dalam sambutan peresmian.

Presiden berharap, air irigasi Bendungan Sindang Heula yang dibangun dengan biaya Rp485 miliar itu bisa memberi nilai tambah bagi petani. “Dengan begitu petani semakin produktif dan bisa menjaga ketahanan pangan,” ujar Presiden Jokowi pula.

Sebagaimana bendungan yang lain, waduk Sindang Heula itu juga memiliki banyak fungsi (serbaguna). Saat musim hujan, bendungan ini dapat menahan aliran Sungai Cibanten yang deras dan mengurangi debitnya sampai 50 m3/detik. Potensi banjir akibat limpasan Sungai Cibanten akan berkurang di Kota Serang dan kota tua Banten di dekat muara.

Sebelum dialirkan ke saluran irigasi, air waduk ini bakal digunakan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik 400 KW untuk memasok kebutuhan 400 rumah tangga sederhana. Lingkungan sekitar Waduk Sindang Heula itupun akan berpotensi menjadi tempat wisata, sekaligus sentra produksi ikan budi daya air tawar.

Sungai Cibanten adalah salah satu sungai penting bagi Provinsi Banten. Berhulu di Gunung Karang Pandeglang, pada puncak musim hujan, Sungai Cibanten sering menjadi penyebab genangan di Kota Serang, kota tua Banten, dan sekitarnya. Bandungan Sindang Heula bisa mengurangi risiko itu.

Provinsi Banten dialiri beberapa sungai besar yang berpotensi menyebabkan banjir cukup serius di dataran rendah bagian utaranya. Sungai Ciujung dan Cidurian, misalnya, acap kali membuat jalan raya reguler dan jalan tol Jakarta-Merak terganggu oleh genangan airnya. Kali Cisadane yang ada di Kota Tangerang juga tak jarang meluap dan menimbulkan banjir.

Dalam masa pemerintahannya, Presiden Joko Widodo memancangkan program strategis membangun 65 bendungan. Sebanyak 19 unit telah rampung sampai 2020 dan telah pula dioperasikan. Ada 13 waduk lainnya yang diagendakan bisa selesai pada 2021, termasuk Bendungan Sendang Heula. Satu bendungan lain yang ditargetkan rampung di 2021 ialah Bendungan Kerian di Kabupaten Lebak Banten.

Berlokasi sekitar 10 km dari Kota Rangkasbitung, Bendungan Karian ini akan menjadi waduk raksasa. Dengan luas genangan 1.740 hektare (17,4 km), ia akan menjadi bendungan terbesar ketiga di Indonesia setelah Waduk Jatiluhur di Purwakarta serta Jatigede di Sumedang, Jawa Barat. Volume air yang bisa ditampung di Karian sekitar 314 juta m3, atau 33 kali lipat lebih besar dari Sindang Heula.

Dengan kapasitas sebesar itu, Bendung Karian itu sanggup mengairi sawah seluas 22.000 ha dan membangkitkan listrik 1,8 MW. Ditambah pula kemampuan memasok air baku sebesar 10 m3/detik ke Kota Serang serta kota industri Cilegon, dan 9,1 m3/detik lainnya mengalir ke Tangerang, Serpong, dan Jakarta. Menurut rencana, 4,2 m2 akan dialirkan ke Kota Jakarta lewat pipa bawa tanah sepanjang 35 km, untuk diolah di instalasi Pengolahan Air di Serpong.

Pasokan 4,2 m3/detik ke Jakarta (utamanya Jakarta Barat) tentulah sangat berarti. Suplai air baku ke DKI masih amatlah terbatas, 62 persen dari Waduk Jatiluhur dan 30 persennya dari Kali Cisadane. Dari sekitar 2,8 juta rumah tangga di Jakarta, hanya 900 ribu yang tercatat sebagai pelanggan layanan PDAM. Produksi air bersih dari PDAM seluruhnya hanya 15 m3 per detik.

Penggunaan air tanah, lewat sumur pompa dan artesis, di DKI luar biasa ugal-ugalan pada 30-40 tahun terakhir ini. Intrusi air laut merambat tak terkendali ke daratan dan dibarengi terjadinya fenomena subsidensi (amblesnya) permukaan tanah 6–7 cm per tahun. Pasokan air baku dari Waduk Karian ini dapat membantu 150-200 ribu rumah tangga menikmati air PDAM dan membebaskan mereka dari keterpaksaan menggunakan air tanah. Subsidensi tanah yang lebih parah bisa dicegah, setidaknya pada sebagian tempat.

Seperti Sindang Heula, Waduk Karian juga bisa menjadi tempat wisata dan sentra produksi ikan budi daya. Waduk Karian yang membendung Sungai Ciberang itu juga bakal berperan besar mengendalikan aliran Sungai Ciujung yang sering mengganggu warga Rangkasbitung dan Kecamatan Kragilan (Serang) oleh luapan airnya, yang sering kali merendam Jalan Tol Jakarta-Merak.

Kali Ciberang bertemu dan menyatu dengan Kali Ciujung di pinggiran Kota Rangkasbitung. Selanjutnya dengan nama Sungai Ciujung ia terus menghilir ke utara dan bermuara di Laut Jawa. Ciberang sebagai anak sungai menjadi faktor penentu debit Kali Ciujung. Berhulu di Pegunungan Halimun-Salak yang bercurah hujan sangat tinggi, Kali Ciberang berarus deras terutama di musim hujan dan sering menimbulkan banjir bandang di hulu.

Kehadiran Waduk Karian ini bisa mengerem keganasan Sungai Ciujung di bagian hilir. Karian bisa menahan air Ciberang sampai 60 juta m3 dalam mekanisme pengendalian banjirnya. Jumlah itu sangat signifikan untuk mengurangi risiko genangan di hilir.

Di hulu, Kali Ciberang ini juga punya catatan perangai yang galak. Arus kuat yang mengikis tepian sungai atau bahkan banjir bandang, biasa terjadi. Pemerintah tak bisa lepas tangan. Maka, bibit tanaman keras produktif dibagikan ke penduduk petani di kawasan perbukitan di hulu. Hutan-hutan negara yang botak diremajakan kembali. Waktu yang akan mencatat hasilnya.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed